Senin, 05 Januari 2015

Pencabutan Subsidi Premium Bisa Bikin Dolar Keok ke Rp 12.000


Jakarta -Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) jelang akhir tahun sempat melemah cukup tajam, bahkan mendekati Rp 13.000/US$. Namun pada akhir tahun, rupiah berhasil menguat menjadi di kisaran Rp 12.400/US$.

David Sumual, Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), menilai salah satu faktor yang menyebabkan rupiah berfluktuasi adalah tingginya impor, terutama Bahan Bakar Minyak (BBM). Penyebabnya adalah konsumsi BBM domestik yang tinggi akibat harganya yang murah karena disubsidi.

Namun mulai 1 Januari 2015, pemerintah resmi menghapus subsidi untuk BBM jenis Premium. Untuk BBM diesel atau Solar diberikan subsidi tetap (fixed subsidy) Rp 1.000/liter.

Langkah ini dinilai mampu meredam konsumsi BBM, sehingga impor BBM juga akan berkurang. Dengan demikian, David memperkirakan rupiah bisa menguat kembali.

"Rupiah akan ada di kisaran Rp 12.000-Rp 12.700/US$, fair value Rp 12.300-Rp 12.400/US$. Ini kalau banyak reformasi struktural yang dilaksanakan, risiko fiskal jadi lebih rendah, sehingga rating bisa di-upgrade," katanya kepada detikFinance, Minggu (4/1/2015).

Penghapusan subsidi Premium dan pemberian subsidi tetap untuk Solar, lanjut David, juga akan menyebabkan investor mempercayai bahwa pemerintah berkomitmen untuk mereformasi subsidi. Dia menilai arus modal masuk (capital inflow) bisa meningkat, dan mendukung penguatan rupiah.

"Kalau pemerintah bisa menggunakan atau membelanjakan anggarannya secara tepat untuk pembangunan infrastruktur, maka akan banyak investasi masuk dan rupiah akan menguat," kata dia.

Namun bila pemerintah masih sulit merealisasikan pembangunan infrastruktur, tambah David, kepercayaan investor bisa luntur. Akibatnya yang terjadi adalah arus modal keluar (capital outflow) sehingga rupiah bisa melemah

"Kalau ternyata terhambat, rupiah bisa ke Rp 12.700-Rp 12.800/US$," tegasnya.

Analisa Kasus:

Nilai tukar rupiah terhadap dollar mulai melemah mendekati akhit tahun, hamoir mendekati Rp13.000/US$. Namun diakhir tahun nilai rupiah berhasil menguat dikisaran Rp12.400/USS$. Salah seorang ekonom menilai menilai salah satu faktor yang menyebabkan rupiah berfluktuasi adalah tingginya impor, terutama Bahan Bakar Minyak (BBM). Penyebabnya adalah konsumsi BBM domestik yang tinggi akibat harganya yang murah karena disubsidi. Namun mulai 1 Januari 2015, pemerintah resmi menghapus subsidi untuk BBM jenis Premium. Untuk BBM diesel atau Solar diberikan subsidi tetap (fixed subsidy) Rp 1.000/liter. Dengan langkah ini diperkirakan mampu membuat nilai rupiah menguat.
Rupiah akan ada di kisaran Rp 12.000-Rp 12.700/US$, fair value Rp 12.300-Rp 12.400/US$. Ini kalau banyak reformasi struktural yang dilaksanakan, risiko fiskal jadi lebih rendah, sehingga rating bisa di-upgrade. Penghapusan subsidi Premium dan pemberian subsidi tetap uuntuk Solar dapat menyebabkan investor mempercayai pemerintah berkomitmen untuk mereformasi subsidi. Arus modal masuk dapat meningkat dan mendukung penguatan rupiah. Apabila pemerintah dapat menggunakan atau membelanjakan anggaran secara tepat untuk pembangunan infrastruktur, maka investasi akan membuat nilai rupiah menguat.namun apabila pemerintah sulit merealisasi pembangunan infrasstruktur maka investasi yang masuk ke Indonesia sedikit dan akan membuat nilai rupiah melemah sekitar Rp12.700 sampai Rp12.800/US$.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar