Jakarta -PT Bank Mandiri
Tbk memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tahun
2015 akan kembali menguat. Dolar AS diperkirakan berada di kisaran Rp 11.800
secara rata-rata di 2015.
"Kita
perkirakan levelnya di Rp 11.800," kata Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro
dalam acara Mandiri Economic Outlook di Plaza Mandiri, Jalan Gatot Subroto,
Jakarta, Selasa (23/12/2014).
Ia
optimistis rupiah akan menguat lantaran prediksi defisit neraca berjalan akan
semakin mengecil. Bank berkode BMRI itu memperkirakan defisit neraca berjalan
alias current account defisit (CAD) sebesar 2,8% dari GDP.
Posisi
itu lebih rendah ketimbang CAD di 2014 yang diproyeksi sekitar 3,1% terhadap
GDP hingga akhir tahun.
Lebih
rendahnya proyeksi defisit neraca berjalan ini terutama didorong oleh kebijakan
pemerintah yang berani memangkas subsidi BBM sehingga diperoleh banyak
penghematan yang bisa dimanfaatkan untuk banyak pembangunan di sektor
produktif.
Hal
ini, kata dia akan mengakibatkan harga BBM bersubsidi menjadi lebih tinggi dari
sebelumnya yang berimbas pada menurunnya konsumsi akan konsumsi BBM bersubsidi.
Penurunan konsumsi terutama dikarenakan menurunnya praktik penyelundupan BBM yang harganya sudah semakin mendekati harga keekonomian.
"Faktor kenaikan harga BBM dari sisa impor bisa turun US$ 1,2 miliar. Impor bisa berkurang karena konsumsi berkurang. Ini karena sekarang selisihnya sudah sangat rendah jadi konsumsi yang dari penyelundupan itu yang akan berkurang drastis," simpul dia.
Penurunan konsumsi terutama dikarenakan menurunnya praktik penyelundupan BBM yang harganya sudah semakin mendekati harga keekonomian.
"Faktor kenaikan harga BBM dari sisa impor bisa turun US$ 1,2 miliar. Impor bisa berkurang karena konsumsi berkurang. Ini karena sekarang selisihnya sudah sangat rendah jadi konsumsi yang dari penyelundupan itu yang akan berkurang drastis," simpul dia.
Analisa
Kasus:
PT
Bank Mandiri Tbk memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat
(AS) di tahun 2015 akan kembali menguat. Dolar AS diperkirakan berada di
kisaran Rp 11.800 secara rata-rata di 2015. Mereka memperkirakan levelnya di sekitar
Rp 11.800. Nilai rupiah akan menguat lantaran prediksi defisit neraca berjalan
akan semakin mengecil. Bank berkode BMRI itu memperkirakan defisit neraca berjalan
alias current account defisit (CAD) sebesar 2,8% dari GDP. Posisi itu
lebih rendah ketimbang CAD di 2014 yang diproyeksi sekitar 3,1% terhadap GDP
hingga akhir tahun. Lebih rendahnya proyeksi deficit neraca berjalan terutama
didorong oleh kebijakan pemerintah yang berani memangkas subsidi BBM sehingga
diperoleh banyak penghematan yang bisa dimanfaatkan untuk banyak pembangunan di
sector produktif. Ini mengakibatkan
harga BBM bersubsidi lebih tinggi dibandingkan sebelumnya yang berakibat pada
menurunnya konsumsi akan BBM besubsidi. Penurunan ini terutama diakibatkan
menurunnya penyelundupan BBM yang harganya sudah mendekati harga keenonomian. Faktor
kenaikan harga BBM dari sisa impor bisa turun US$ 1,2 miliar. Impor bisa
berkurang karena konsumsi berkurang. Ini karena sekarang selisihnya sudah
sangat rendah jadi konsumsi yang dari penyelundupan itu yang akan berkurang drastis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar